Sabtu, 30 Oktober 2010

Paragraf (Alinea)

Diposting oleh sri wahyuni di 05.05 0 komentar

PARAGRAF / ALINEA
Paragraf merupakan suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang pendek atau singkat yang berisi  sebuah pikiran dan didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu gagasan. Paragraf disebut juga alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.
Syarat – syarat paragraf (Alinea)
  1. Kesatuan : tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran / satu tema.
  2. Koherensi / kepaduan = hubungan antara kalimat dengan kalimat.
  3. Kelengkapan : paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik/ kalimat utama.
Unsur – Unsur Paragraf (Alinea)
a.       Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
b.      Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.
c.       Kalimat penjelas gagasan yang fungsinya menjelaskan gagasan utma. Gasasan penjelas biasanya dinyatakan ke dalam beberapa kalimat. Kalimat yang mengandung gagasan penjelas disebut kalimat penjelas.
d.      Judul (kepala karangan).
*Syarat suatu judul:
a. Provokatif (menarik)
b. Berbentuk frase
c. Relevan (sesuai dengan isi)
d. Logis
e. Spesifik
Macam – macam paragraf
1.      Menurut fungsinya
a.       Paragraf pembuka
b.      Paragraf penghubung
c.       Paragraf penutup
2.      Menurut posisi kalimat topik :
a.       Paragraf deduktif
b.      Paragraf induktif
c.       Paragraf deduktif – induktif
d.      Paragraf tersebar
3.      Berdasarkan sifat isinya :
a.       Paragraf argumentasi
Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
Ciri-cirinya : Ada pendapat dan ada alasannya.
Contoh : Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan “meta penampilan” siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
b.      Paragraf narasi
Paragraf narasi adalah sebuah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didalamnya terdapat alur, cerita, setting, tokoh dan konflik tetapi tidak memiliki kalimat utama.
Ciri – cirinya : Ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contohnya : Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
c.       Paragraf persuasi
Paragraph persuasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide,gagasan,atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Ciri-cirinya : Ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
Contoh : Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
d.      Paragraf eksposisi
Paragraf eksposisi adalah karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya.
Ciri-cirinya : Mengandung informasi
Contoh : Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.
e.       Paragraf deskripsi.
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan.
Ciri – cirinya : Ada objek yang digambarkan
Contohnya : Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.







Minggu, 17 Oktober 2010

KALIMAT EFEKTIF

Diposting oleh sri wahyuni di 20.40 0 komentar
         Kalimat efektif adalah sebuah kalimat yang dapat mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan oleh pembuat kalimat dan di pahami oleh pendengar. Selain itu kalimat efektif juga dapat mewakili gagasan penulis baik lisan maupun tulisan dan dapat menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran atau pembaca atau pendengar.
Definisi kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu (1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis. Selain itu, Badudu (1989:36) juga berpendapat, “sebuah kalimat dapat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.” Parera (1984:42) mendefinisikan kalimat efektif adalah bentuk atau kalimat-kalimat sadar dan disengaja disusun untuk mencapai intonasi yang tepat dan baik seperti yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis.
Selain pengertian-pengertian di atas ada beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa kalimat efektif memiliki syarat dan pola-pola untuk membentuknya, seperti yang dikemukakan oleh Putrayasa (2007: 66) bahwa Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna karena memenuhi syarat-syarat pembentuk kalimat efektif tersebut.
Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif yaitu sebagai berikut :
1.       Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.     Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

1.       KESATUAN
Sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh subyek, predikat, obyek. Kesatuan yang diwakili oleh subyek, predikat dan obyek itu dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan dan kesatuan yang tidak terpadu.
a.      Yang jelas kesatuan gagasannya :  kita bisa merasakan dalam kehidupan sehari – hari, betapa emosi itu sering kali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat dalam tindak kehidupan kita. (Kesatuan tunggal) : Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi, dan telah pergi dengan pesawat satu jam yang lalu. (Kesatuan gabungan) : Ayah bekerja di perusahaan kayu, tetapi ia tidak senang dengan pekerjaannya itu. (Kesatuan yang mengandung pertentangan) : Kamu boleh menyusul saya ke jakarta, atau tetap tinggal disini (Kesatuan pilihan).
b.     Yang tidak jelas kesatuan gagasannya
Kesatuan gagasan biasanya menjadi kabur karena kedudukan subyek atau predikat tidak jelas, terutama karena salah menggunakan kata depan. Kesalahan lain terjadi karena kalimatnya terlalu panjang sehingga penulis atau pembicara sendiri tidak tahu apa sebenarnya yang mau di ucapkan.
Contoh : di daerah – daerah sudah mempunyai lembaga bahasa di dalam pendidikan memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi antara anak didik dan pendidik dalam pendidikan juga sangat berhubungan erat kepada bahasa.

2.     KOHERENSI
Koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur – unsur (kata atau kelompok kata). Yang membentuk kalimat itu. Kesalahan yang sering kali terjadi juga merusakkan koherensi adalah penempatan kata depan, kata penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, penempatan keterangan Aspek yang tidak sesuai, dsb. Kesalahan yang juga sering kali merusakkan koherensi adalah menempatkan kata depan, kata penghubung yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, penempatan keterangn aspek yang tidak sesuai atau tidak pada tempatnya, penempatan keterangan aspek yang tidak sesuai dan sebagainya. Dalam kesatuan pikiran lebih ditekankan lagi struktur, atau interelasi antara kata – kata yang menduduki sebuah tugas dalam kalimat. Oleh karena itu sebuah kalimat dapat mengandung sebuah kesatuan pikiran, namun koherensinya tidak baik.
a.      Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
Contoh : -   baik : adik saya yang paling kecil memukul anjing dikebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaga.
-         Tidak baik : Adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing.
Demikian pula pemisahan saya paling kecil dari kata adik juga akan merusak koherensi kelompok kata dalam kalimat.
b.     Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah mempergunakan kata – kata depan, kata penghubung dll. Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang (tanpa bagi)
Sejak lahir manusia memiliki jiwa untuk melawan kepada kekejaman alam, atau kepada pihak lain karena merasa dirinya lebih kuat (tanpa kepada).
c.      Kesalahan lain yang dapat merusak koherensi adalah pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih atau hakekatnya mengandung kontradiksi.
Banyak para peninjau yang menyatakan bahwa perang yang sedang berlangsung itu merupakan Perang Dunia di Timur Tengah, (atau banyak peninjau atau para peninjau : makna banyak dan para tidak tumpang tindih).
d.      Suatu corak kesalahan lain yang sering dilakukan adalah salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telah, akan belum, dsb). Pada kata kerja tanggap. Contoh : Saya sudah membaca buku itu hingga tamat (baik). Saya sudah baca buku itu hingga tamat (Kurang baik). Buku itu saya sudah baca hingga tamat (salah). Jadi :Saya baca, kau pukul, kau lihat, dsb. Sebagai bentuk tanggap tidak boleh diselingi keterangan apapun, karena hubungan antara keduanya sangat mesra.

3.     PENEKANAN
Inti pikiran yang terkandung dalam setiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat takanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur – unsur yang lain. Namun demikian ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memberikan penekanan itu, baik dalam lisan maupun tulisan yaitu :
a.      Merubah – rubah posisi dalam kalimat
Sebagai perinsip dapat dikatakan bahwa semua yang ditempatkan pada awal kalimat adalah kata yang dipentingkan.
Contoh : Harapan kami adalah agar soal ini dapat di bicarakan lagi pada kesempatan yang lain.
b.     Mempergunakan repetisi
Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah kalimat.
Contoh : Harapan kita demikianlah dan demikian pula harapan setiap pejuang.
c.      Pertentangan
Pertentangan dapat dipergunakan untuk menekankan suatu gagasan.
Contoh : Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
d.      Partikel penekanan
Partikel – partikel yang dimaksud adalah : lah, pun, kah, yang. Oleh kebanyakan tatabahasa disebut imbuhan.
Contoh : Saudara yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
             Bapaklah yang harus terlebih dahulu memberi contoh.
4.     VARIASI
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi.
Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh efek penekanan, lebih banyak menekankan kesamaan bentuk. Variasi tidak lain menganekaragamkan bentuk – bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang.
Variasi dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara, yaitu:
a.      Variasi sinonim kata
Penjelasan – penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakikatnya tidak mengubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
Contoh : Seribu puspa di taman bunga seribu wangi menyegar cita (BKI).
b.     Variasi panjang pendeknya kalimat
Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat akan mencerminkan dengan jelas pikiran pengarang, serta pilihan yang tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat memberi tekanan pada bagian – bagian yang diinginkan.
c.      Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kalimat berturut – turut dapat menimbulkan kelesuan.
Contoh : memang cukup mengendorkan sema-ngat kalau kita melihat keadaan di Nusa Tenggara (tidak ter-masuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun fasilitas – fasilitas pengangkutan laut dan udara sudah banyak dibangun.
d.      Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat
Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat sebenarnya mempunyai hubungan dengan penekanan dalam kalimat.
Contoh : Pelaksanaan bantuan hukum di negara kita, yang dilaksana-kan atas dasar peraturan peninggalan zaman  penjajahan dahu-lu sifatnya sangat terbatas. (di negara kita, peraturan pening-galan zaman penjajahan, sifat yang sangat terbatas).

5.     PARALELISME
Paralelisme menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan lama fungsinya ke dalam suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama.
Contoh : reorganisai administrasi departemen – departemen, peng-hentian, pemborosan, dan penyelewengan – penyelewengan, serta mobilisasi potensi – potensi nasional, merupakan masalah – masalah pokok yang meminta perhatian kita. (Semua kata ben-da).

6.     PENALARAN ATAU LOGIKA
Ada unsur lain yang harus di perhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa. Unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa. Unsur lain ini adalah segi penalaran atau logika. Jalan pikiran pembicara turut  menentukan baik tidaknya kalimat seseorang mudah tidaknya pikiran dapat dipahami. Yang dimaksud dengan jalan pikiran adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk menghubung – hubungkan evidensi – evidensi menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal.
a.      Definisi (Batasan)
Definisi atau batasan yang tepat merupakan kunci dari ciri berfrikir yang logis, dan ciri – ciri menulis yang logic. Beberapa definisi yang dikenal adalah :
1.       Definisi berupa sinonim
Definisi berupa sinonim kata adalah pembatasan pengertian sebuah kata dengan memberikan sinonim atau kata – kata yang bersamaan artinya dengan kata yang akan di jelaskan. Misalnya kita membatasi pengertian pendidikan dengan pengajaran, dan pengertian kemerdekaan dengan kebebasan.
2.     Definisi berdasarkan etimologi
Definisi berupa etimologi (asal-usul kata) adalah suatu variasi lain dari definisi diatas yang berusaha membatasi pengertian sebuah kata dengan mengikuti jejak etimologi dan arti yang asli hingga arti yang sekarang. Tujuan definisi ini adalah usaha untuk menunjukkan bahwa istilah itu tidak hanya mengandung pengertian yang sekarang saja. Contoh : (Referendum : Referendum berasal dari kata latin re + ferre yang berarti “Membawa Kembali”. Referendum berarti sesuatu yang harus dibawa kembali, hal yang harus diajukan kembali (untuk dipertimbangkan, disetujui dan sebagainya).
3.     Definisi formal atau rill, atau disebut juga definisi logis
Definisi formal (rill atau definisi logis) adalah suatu cara untuk membatasi pengertian suatu istilah dengan membedakan genusnya dan mengadakan diferensiasinya. Dengan demikian bila kita menyebut kata definisi, maka yang pertama – tama dimaksudkan adalah pengertian definisi ini. Definisi inilah yang bertolak dari prinsip – prinsip nalar. Karena definisi formal merupakan usaha memberi pengertian dengan membedakan genus dan menyebut diferensiasi suatu kata, maka pertama – tama sebuah kata harus ditempatkan dalam kelasnya atau genusnya. Contoh : pokok kelas / genus gergaji adalah semacam alat pemotong.
4.     Definisi luas
Kata – kata tersebut menghendaki lebih banyak keterangan dari pada apa yang diperlukan oleh definisi formal. Definisi luas adalah perluasan dari suatu definisi formal sebagai dasar. Suatu definisi luas dapat terdiri dari suatu alinea panjang, suatu artikel, bahkan kadang – kadang terdiri dari suatu buku besar yang beratus – ratus halaman panjangnya.
b.     Generalisasi
Generalisasi adalah suatu pernyataan yang mengatakan bahwa apa yang benar mengenai beberapa hal yang semacam, adalah benar atau berlaku pula untuk kebanyakan dari peristiwa atau hal yang sama. (Generalisasi adalah sebuah proses berpikir yang esensil). Tanpa generalisasi, tidak akan ada evaluasi terhadap pengalaman – pengalaman. Sebab itu dalam membuat peristiwa yang dipakai cukup banyak dan meyakinkan. Bila suatu hal dipakai sebagai dasar generalisasi tidak relevan, maka generalisasi akan berat sebelah dan akan ditolak oleh akal sehat.
Contoh :
Peristiwa A : Saudari saya menabrak seorang anak kecil di depan rumah kemarin pagi.
Peristiwa B : Ketika pulang dari belanja, Nyonya ali menabrak pintu garasinya.
Peristiwa C : Tiang lampu di pinggir jalan itu tumbang di tabrak oleh seorang gadis yang mengendarai sedan merah.

Generalisasi : Wanita tidak bisa menyetir mobil.


Sumber                  :




                  


Senin, 04 Oktober 2010

RAGAM BAHASA ATAU VARIASI BERBAHASA

Diposting oleh sri wahyuni di 02.35 1 komentar
Kita sering mendengar istilah ragam atau varian berbahasa di kehidupan sehari – hari. Istilah Ragam bahasa atau variasi berbahasa yaitu merupakan sebuah varian atau variasi bahasa menurut pemakaian.

Ragam bahasa terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Ragam bahasa menurut teknik pengungkapan (media / sarana pembicaraan)

a. Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Yang meliputi : Ragam bahasa cakapan, ragam bahasa pidato, ragam bahasa kuliah, dan ragam bahasa panggung. Dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal.
Contohnya : 1. Putri bilang kita harus pulang, 2. Ayah lagi baca koran, 3. Saya tinggal di Bogor.

b. Ragam bahasa tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Yang meliputi : ragam bahasa teknis, ragam bahasa undang – undang, ragam bahasa catatan, dan ragam bahasa surat. Dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (Ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Adapun Contohnya yaitu : 1. Putri mengatakan bahwa kita harus pulang, 2. Ayah sedang membaca koran, 3. saya bertempat tinggal di Bogor.

2. Ragam bahasa berdasarkan ruang lingkup / pendengar antar pembicara dibedakan menurut akrab tidaknya pebicara.

Yang meliputi : Ragam bahasa resmi, Ragam bahasa akrab, Ragam bahasa agak resmi, Ragam bahasa santai, dan sebagainya.

3. Ragam bahasa berdasarkan penutur

a. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Banyaknya suku bangsa di indonesia menyebabkan Luasnya pemakaian bahasa yang dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Sehingga menimbulkan berbagai macam pemakaian bahasa indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda-beda.

b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
contoh:
1) Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat
2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan tentang Kancil.

c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi oleh setiap penutur terhadap lawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan lawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan lawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal, baik lisan maupun tulisan. Bahasa baku dipakai dalam :
a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas memberikan kuliah/pelajaran.
b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan guru/dosen, dengan pejabat.
c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-undang.
d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi :
a. tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya adalah buku Tata Bahasa Baku Indonesia.
b. kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);
c. istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;
d. ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);
lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.



Sumber :
http://intl.feedfury.com/content/15241462-ragam-bahasa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
 

Uny_Wahyuni Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review